DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Konflik....................................................2
B. Tahap-Tahap Konflik, Karakteristik Konflik Dan Karakterisitik Manajemen Konflik 2
C. Tipe Konflik Dan Gaya Manajemen Konflik............................................................... 5
D. Persaingan Positif Dan Mempersiapkan Konflik.......................................................... 6
E. Manajemen Konflik...................................................................................................... 7
F. Contoh Konflik yang sering terjadi.............................................................................. 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konflik merupakan sesuatu yang tak terhindarkan, konflik melekat erat dalam kehidupan. Umat manusia selalu berjuang dengan konflik begitu juga dalam dunia bisnis. Oleh karena itu kita dituntut untuk memperhatikan konflik. Kita memerlukan jalan untuk meredam ketakutan terhadap konflik.
Konflik memang mengejutkan bagi beberapa orang. Konflik digunakan sebagai pengingat kegagalan masa lalu. Konflik tidak harus menyebabkan urusan anda tertunda atau menjadi penghalang bagi karier seseorang, konflik itu sangat penting, konflik tidak perlu ditakuti.
Pada pembahasan Manajemen konflik akan dibahas mengenai definisi konflik, tahapan konflik, karakteristik konflik, karakteristik manajemen konflik, Perlunya tindakan yang tegas selama terjadi konflik bertujuan untuk memberikan sasaran dan spesifikasi yang jelas dalam menghadapi setiap konflik yang terjadi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Konflik?
2. Apa strategi manajemen yang digunakan dalam ketiga tahap konflik?
3. Apa yang menjadikan manajemen konflik yang positif menjadi terhambat?
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KONFLIK
Konflik akan timbul apabila terjadi ketidakharmonisan antara seseorang dalam satu kelompok dan orang lain dari kelompok yang lain. Konflik tersebut dapat terjadi dalam lingkup rumah tangga, perusahaan, organisasi, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.[1]
Banyak yang beranggapan bahwa konflik itu sama dengan perbedaan pendapat, tetapi sebenarnya itu berbeda. Namun jika perbedaan pendapat tersebut tidak diselesaikan dengan baik maka dari situ akan melahirkan atau menimbulkan konflik dan pertentangan yang kemudian akan mengakibatkan hilangnya rasa persatuan.
Yang perlu ditekankan disini adalah terkait dengan persiapan aturan aturan yang perlu dilakukan untuk mengatasi konflik tersebut. Konflik adalah sesuatu yang wajar atau umum untuk terjadi dimanapun dan kapanpun, baik dalam sebuah perusahaan atau organisasi, keluarga, dan lain lain.
B. TAHAP-TAHAP KONFLIK, KARAKTERISTIK KONFLIK DAN KARAKTERISITIK MANAJEMEN KONFLIK
1. Tahap-tahap Konflik
Banyak dari kalangan-kalangan bisnis pada saat mengalami konflik akan mencari solusi untuk memadamkan konflik. Suatu manajemen konflik yang efektif akan dikatakan berhasil jika mampu mengembangkan dan mempraktekkan strategi konflik dengan benar dan secara hati-hati.
Jika konflik dapat diidentifikasi sejak awal dan langkah yang diambil dengan hati-hati, maka konflik akan dapat diubah menjadi sebuah peluang. Namun jika konflik terus saja dibiarkan, akan membahayakan bisnis yang sedang dijalankan begitu pula dengan orang-orang yang berada dalam bisnis tersebut.
Konflik pada tahap 1 tidak begitu mengancam dan paling mudah untuk dikelola. Bila konflik mengalami esklasi ke tahap dua dan tahap tiga, konflik menjadi lebih sulit untuk dikelola, dan potensinya meningkat menjadi lebih berbahaya[2]
Ketiga konflik tersebut mmbutuhkan strategi manajemen yang berbeda, yaitu:
a. Konflik tahap satu dan konflik yang disertai dengan emosi paling baik diselesaikan dengan strategi pengelolaan yang cermat
b. Konflik tahap dua memerlukan lebih banyak pelatihan dan keahlian yang khusus
c. Konflik tahap tiga memerlukan intervensi
2. Karakteristik Konflik
a. Dengan meningkatnya konflik, perhatian terhadap konflik itu meningkat
b. Keinginan untuk menangmeningkat seiring dengan meningkatnya kenginan pribadi. Menyelamatkan muka semakin penting pada tingkat konflik yang lebih tinggi.
c. Orang yang menyenangkan dapat menjadi berbahaya bagi yang lain seiring dengan mengkatnya konflik
d. Strategi manajemen konflik bekerja pada tingkat konflik yang rendah, seiring meningkatnya konflik, strategi manajemen konflik sering tidak efektif dan kadang menjadi tidak ada artinya.
e. Konflik dapat melampaui dari tahapan yang lazim
f. Orang tampaknya menjadi seperti individu yang berbeda selama berada dalam konflik.
Strategi manajemen konflik sering tidak efektif bahkan kadang menjadi tidak ada artinya, disini yang dimaksudkan adalah individu yang berada didalam konflik tersebut lebih cenderung akan memperpanjang konflik. Bahkan setelah pihak dari manajemen sudah mengambil kesimpulan akan masalah dari konflik tersebut, beberapa orang masih akan melanjutkan pertikaian mereka untuk mewujudkan “misi” mereka.
Yang perlu dilakukan dalam kasus yang seperti ini adalah adanya tim penengah yang harus diakui agar mampu menilai perselisihan yang terjadi, tim penengah sebagai pemberi arahan untuk mencari fakta. Apabila masih berlanjut yang dilakukan sebagai upaya terakhir adalah negosiasi atau arbitrase, masing masing pihak yang bertikai akan saling memaparkan cara penyelesaian yang terbaik. Pihak penengah akan memilih salah satu cara penyelesaian yang terbaik yang telah ditawarkan.
3. Karakteristik Manajemen Konflik
a. Manajemen konflik membutuhkan keputusan yang jelas
b. Manajemen konflik memerlukan toleransi terhadap perbedaan
c. Manajemen konflik mengurangi agresi
d. Manjemen konflik mengurangi perilaku pasif
e. Manajemen konflik memerlukan pengurangan perilaku manipulative
C. TIPE KONFLIK DAN GAYA MANAJEMEN KONFLIK
1. Tipe Konflik
2. Gaya Manajemen Konflik
a. Gaya Penyelesaian konflik dengan mempersatukan (Integrating)
b. Gaya penyelesaian konflik dengan kerelaan untuk membantu (Obliging)
c. Gaya penyelesaian konflik dengan mendominasi (dominating)
d. Gaya penyelesaian konflik dengan menghindar (Avoiding)
e. Gaya penyelesaian konflik dengan kompromis (Compromising)
Kelima gaya manajemen konflik diatas memberikan struktur untuk bertindak. Pengetahuan tentang gaya penyelesaian konflik meningkatkan pemahaman terhadap konflik[3]
Manajemen strategi diperlukan untuk ini. Manajemen Strategik didefinisikan sebagai suatu seni dan ilmu untuk memformulasikan, menerapkan, dan mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi, dengan itu maka organisasi bisa mencapai tujuan organisasi[4]
D. PERSAINGAN POSITIF DAN MEMPERSIAPKAN KONFLIK
1. Persaingan yang positif
Persaingan yang positif ada dalam Islam yang disebut fastabiqul khairat. Hal ini ditengkan dalam surat Al-Baqarah: 148:
![]() |
“Dan bagi tiap-tiap Muslim yang ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 148)
Inti fasabiqul khairat adalah berlomba-lomba dalam kebaikan. Pwrsauingan yang sehat itu dimulai dengan aturan yang jelas, persaingan yang sehat bukanlah persaingan untuk merebut “kedekatan” dengan pemimpin melalui cara-cara yang tidak dijelaskan dalam aturan.[5]
2. Mempersiapkan Konflik
Untuk memepersiapkan konflik, kita perlu memepelajari manajemen konflik. Tahap pertama adalah persiapan. Persiapan yang harus dilakukan adalah mencetak karyawan agar memilki dimensi transdental yang kuat, dalam arti akidahnya harus kuat. Dalam tahap persiapan konflik juga harus ditekankan bahwa berkonflik adalah hal yang biasa, bukan sesuatu yang ;uar biasa atau bukan sesuatu yang dahsyat.
Konflik merupakan sesuatu yang biasa yang harus siap untuk kita hadapi dengan cara mengetahui sumbernya. Sumber konflik dapat berasal dari informasi yang salah, persaingan yang tidak sehat, atau rasa hasad dan dengki orang-orang tertentu. Konflik mungkin terjadi pada siapapun dan pada lembaga mana pun. Akan tetapi, di balik konflik ada hal yang harus di persiapkan dalam manajemen konflik, yaitu pembinaan hati. Dalam Al-Quran pada Surah Ali Imran: 103 dinyatakan bahwa perlu ada ta’liful qulub (kesatuan hati) denga pendekatan spiritual, bhawa seorang pemimpin perusahaan dan bawahan merupakan saudara meskipun berbeda penghasilan. Dengan adanya kesatuan hati ini, maka konflik dapat diminimalisasi.
Tahap kedua adalah penyelesaian konflik. Hal terpenting disini adalah agar setiap orang siap menghadapi konflik untuk kebaikan bersama. Ada kasus ora ng terlalu tinggi dalam mebghargai dirinya, padahal ia sendiri mengakui kesalahannya, tai tidak mau ishlah. Hal ini karena jika ia mengakui kesalahannya, harga dirinya akan turun dan gengsinya akan jatuh. Akibatnya, konflik itupun menjadi berlarut-larut.[6]
E. MANAJEMEN KONFLIK
1. Mitos Tentang Konflik, yang menjadi penghambat manajemen konflik yang positif
a) Adanya Konflik merupakan pertanda kelemahan manajer
b) Konflik merupakan pertanda rendahnya perhatian pada organisasi
c) Kemarahan adalah negative dan perusak
d) Konflik, jika dibiarkan, akan reda dengan sendirinya
e) Konflik harus dipecahkan.[7]
2. Antisipasi Konflik Dalam Islam
Dalam islam, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya konflik.
Pertama, harus ada pengakuan dari seorang pemimpin bahwa semua karyawan adalah saudara yang harus diperlakukan oleh pemimpin sebagai saudara. Seorang pemimpin jangan menganggap karyawan sebagai bawahan saja yang dapat diperlakukan seenaknya. Artinya hubungan sarat dengan nilai – nilai kemanusiaan harus dibangun. Insyaallah jika terjadi jaringan komunikasi yang baik antara seorang pemimpin dan bawahan , maka konflik yang dapat terjadi bisa dieliminasi.
Kedua, untuk mengantisipasi terjadinya konflik, jika ada informasi mengenai sesuatu, maka harus tabayun ( diklarifikasi ). Tidak boleh seseorang dikatakan melakukan A atau B dan langsung diberikan sanksi tanpa adanya klarifikasi. Apalagi dengan suasana sekarang yang penuh dengan gosip dan rumor sehingga terkadang persoalan kecil menjadi besar karena pengaruh media komunikasi, misalnya internet.[8]
Al-Qur’an telah mengantisipasi hal ini dalam surah Al – Hujaraat ayat 6 :
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” ( al-Hujaraat : 6 )
Ketiga , untuk mengantisipasi terjadinya konflik, perlu dijalin hubungan silaturahmi yang kuat antara seorang pemimpin dan bawahannya, serta antara bawahan dan bawahan sendiri. Memang harus diakui bahwa ada perbedaan tugas antara pemimpin dan bawahan, baik berdasarkan fungsi maupun tanggung jawab, akan tetapi sebagai manusia kita tetap harus menjalin dan menciptakan hubungan silaturahmi yang baik.
Bagi umat islam misalnya dikantor ataupun di perusahaan dilakukan dalam shalat berjamaah karena dalam shalat berjamaah diajarkan bahwa sebagai suatu jamaah, berdiri sama – sama , ruku’ dan sujud bersama – sama .[9]
Al- Qur’an surah Al – Fath ayat 28 :
“ Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Allah sebagai saksi “ ( Al – Fath : 28 )
Hubungan silaturahmi dengan sesama manusia diwujudkan dengan perilaku ihsan, yaitu sikap peduli kepada sesama manusia dengan mengaktualisasikan kebaikan – kebaikan dalam hubungan sosial serta sikap menahan diri dari perbuatan yang merugikan mereka. Membina hubungan dengan Allah serta hubungan dengan sesama manusia merupakan suatu keharusan untuk mencapai kesempurnaan pengabdian kepada Allah.[10]
3. Mengatasi Konflik
Jika suatu konflik telah terjadi, maka lakukanlah ishlah. Mengapa ? sebuah konflik jangan dibiarkan berkepanjangan. Rasulullah SAW. Tidak menyukai konflik yang berkepanjangan. Ishlah baru dilakukan secara baik jika kedua belah pihak yang berkonflik memiliki sikap yang saling menghargai dan sikap memandang bahwa konflik itu dapat diselesaikan[11] . Al – Qur’an surah al-hujuraat ayat 10 :
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” ( al-Hujuraat : 10 )
Jika ishlah tidak dapat dilakukan, maka hukum dan pengadilan dapat dijadikan pilihan untuk mendapatkan kepastian hukum. Akan tetapi hal ang harus diingat untuk menempuh jalan itu adalah biaya yang sangat mahal. Disamping biaya pengadian yang mahal, juga akan menimbulkan citra negatif terhadap lembaga atau organisasi itu sendiri.
4. Apakah Konflik Hanya Terjadi Antara Atasan Dan Bawahan ?
Pada dasarnya, konflik tidak terjadi hanya pada atasan dan bawahan, tetapi juga antara bawahan dan bawahan. Namun konflik bawahan dan bawahan tidak seberat dan tidak sehebat implikasinya dibandingkan konflik antara bawahan dan atasa. Jika konflik terjadi antara sesama atau antar pegawai dengan pegawai , maka konflik itu dapat diselesaikan oleh pemimpin yang berada diatas pegawai yang berselisih itu.
Sumber konflik antara bawahan dapat dicari penyebabnya. Jika konflik itu karena persaingan yang tidak sehat maka pekerjaan pegawai yang berselisih itu dapat dipisahkan pekerjaannya. Jika konflik terjadi karena pegawai itu sudah bosan dengan pekerjaannya atau karena ia sudah lama memegang pekerjaan itu sehingga tidak bahagia dalam bekerja , maka pegawai tersebut dapat dimutasikan. Dalam hal ini , mutasi pegawai diperlukan untuk menumbuhkan suasana yang lebih baik. Jadi konflik bawahan dan bawahan relatif lebih mudah diatasi.[12]
5. Praktik Konflik Pada Zaman Rasulullah Saw
Pada zaman Rasulullah saw. pernah terjadi konflik antara suku Aus dan suku Khazraj. Konflik itu muncu; karena masalah pemberitaan yang mengakibatkan hapir terjadi perpecahan. Menanggapi konflik itu, Rasulullah saw. langsung melakukan ishlah
Pada zaman Rasulullah saw. juga pernah hampir terjadi konflik antara para sahabat mengenai kasus Aisyah. Fitnah ini muncul dari pemberitaan yang tidak jelas. Ketika itu, Rasulullah saw. langsung mengadakan tindakan antisipasi untuk mencegah terjadinya konflik dengan mengecek kebenaran berita yang tersebar. Akhirnya, diketahui bahwa berita tentang Aisyah itu adalah fitnah belaka.
6. Pemimpin Yang Tidak Tahu Ishlah
Jika terjadi seorang pemimpin yang tidak mau ber-ishlah, sebaiknya bagaiman bersikap kepada pemimpin itu?
Orang yang tidak mau ishlah tidak layak menjadi seorang pemimpin. Jika pemimpin itu berada dalam ruang lingkup perusahaan Negara, maka pemimpin seperti itu sduah seharusnya dipecat. Situasi yang paling sulit adalah jika pemimpin itu sekaligus menjadi pemilik usaha,. Jika pemimpin itu juga merupakan pemilik maka implikasinya maka perusahaan tidak akan sehat. Usaha yang dilakukan pun tidak akan menghasilkan sesuatu yang optimal karena orang-orang terbaiknya telah hengkang dari perusahaan itu untuk mencari perusahaan lain yang lebih professional.
Sanksi untuk orang yang tidak taat kepada ishlah adalah boleh ditindak dengan keras. Jika tidak tat kepada ishlah, tidak dapat diajak berdamai, maka akibat yang ditimbulkan bisa sangat dahsyat dan lebih lanjut akan merusak tatanan organisasi atau perusahaan. Paling tidak, pekerjaan yang akan semrawut. Dengan istilah lain orang yang tidak taat kepada ishlah disebut sebagai pembangkang (bughat). Pembangkang ini jika dibiarkan lama-lama berada dalam perusahaan, akan berbahaya. Oleh karena itu orang-orang yang tidak taat kepada ishlah, boleh diperangi (ditindak tegas).[13]
F. CONTOH KONFLIK YANG SERING TERJADI DI PERUSAHAAN
1. Konflik antara perusahaan dengan karyawan
Konflik terjadi akibat adanya miss communication anatara atasan dengan bawahan. Misalnya dengan adanya perubahan kebijakan mengenai gaji karyawan, tetapi pihak perusahaan belum memberitahukan kepada karyawan, karyawan menganggap mereka diperlakukan semena-mena oleh pihak perusahaan dan para karyawan memustuskan untuk melakukan demo besar-besarran.
2. Proses penyampaian sebuah pemahaman salah dalam cara penyampaiannya sehingga terdapat kesalah pahaman arti
3. Masalah personal antar karyawan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konflik adalah segala sesuatu yang akan timbul apabila terjadi ketidakharmonisan antara seseorang dalam satu kelompok dan orang lain dari kelompok yang lain. Konflik dapat terjadi dalam lingkup rumah tangga, perusahaan, organisasi, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tiga tahap konflik membutuhkan strategi manajemen yang berbeda, diantaranya:
a) Konflik tahap satu dan konflik yang disertai emosi paling baik diselesaikan dengan strategi pengelolaan yang cermat
b) Konflik tahap dua memerlukan lebih banyak pelatihan dan keahlian manajemen khusus
c) Konflik tahap tiga diperlukan Intervensi
Yang menjadikan manajemen konflik yang positif menjadi terhambat adalah mengenai mitos mitos yang tumbuh atau muncul karena kurangnya pemahaman dan kurangnya pengertian sehingga menjadikan kitidaksamaan persepsi terhadap konflik.
Mitos tersebut antara lain:
a) Adanya Konflik merupakan pertanda kelemahan manajer
b) Konflik merupakan pertanda rendahnya perhatian pada organisasi
c) Kemarahan adalah negative dan perusak
d) Konflik, jika dibiarkan, akan reda dengan sendirinya
e) Konflik harus dipecahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Armanu Thoyib. 2017. ”Hubungan Kepemimpinan, Budaya, Strategi, dan Kinerja: Pendekatan Konsep”, dalam http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/, diakses 29 Agustus 2017
Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Syariah Dalam Praktik. Jakarta: Gema Insani Press
Hendricks, William. 2012. How to Manage Conflict (Bagaimana Mengelola Konflik), Terjemahan Arif Santoso. Jakarta: PT Bumi Aksara
[1] Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), cet.1, hal. 178
[2] William Hendricks, How to Manage Conflict (Bagaimana Mengelola Konflik), Terjemahan Arif Santoso, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), cet.8, hal. 7
[3] William Hendricks, How to Manage Conflict (Bagaimana Mengelola Konflik), Terjemahan Arif Santoso, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), cet.8, hal. 48-52
[4] Armanu Thoyib, ”Hubungan Kepemimpinan, Budaya, Strategi, dan Kinerja: Pendekatan Konsep”, dalam http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/, diakses 29 Agustus 2017
[5] Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), cet.1, hal. 195
[6] Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), cet.1, hal. 196-197
[7] William Hendricks, How to Manage Conflict (Bagaimana Mengelola Konflik), Terjemahan Arif Santoso, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), cet.8, hal. 2
[8] Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), cet.1, hal. 183-184
[9] Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), cet.1, hal. 187
[10] Ibid
[11] Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), cet.1, hal. 188
[12] Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), cet.1, hal. 189
[13] Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), cet.1, hal. 194


